DIMANA DAN KAPAN BERDOA
Berdasarkan sejarah kehidupan manusia dalam alkitab, manusia mulai berdoa dalam artian mulai memberikan persembahan kepada Tuhan sebagai ucapan syukur pada waktu keberhasilan Kain dan Habel dalam kehidupan mereka seperti yang ditentukan Tuhan bagi mereka.
Mengenai
hal ini tertulis dalam kitab (Kejadian 4:3-4): “Setelah beberapa waktu lamanya,
maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai
korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak
sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan
korban persembahannya itu,”
Selanjutnya,
manusia mulai memanggil nama Tuhan pada waktu Set dikaruniai seorang anak,
seperti tertulis dalam kitab (Kejadian 4:26): “Lahirlah seorang anak laki-laki
bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil
nama TUHAN.”
Dan
kemudian pada waktu selanjutnya, Abraham tidak lagi sekedar doa biasa, tetapi
dia sudah berdoa syafaat bagi kota Sodom dan Gumora. Seperti tertulis dalam
(Kejadian 18:23-32).
Dan hal
doa berdoa ini semakin gencar dilakukan oleh Daud, dan terus berlangsung dengan
doa Yesus, doa para rasul hingga
jemaat Tuhan sekarang ini.
Sesungguhnya
doa bukan suatu keharusan bagi manusia, tetapi merupakan sebuah kebutuhan.
Manusia
pada umumnya, dan anak-anak Tuhan pada khususnya membutuhkan komunikasi yang
baik dengan Tuhan.
Sebagai
anak Tuhan, kita mendengar Yesus mengetuk dalam hati kita, dan kita mengerti
bahwa Dia memberi kebutuhan kita.
Dia
mengetuk hati kita melalui segala kebutuhan dan keperluan kita, termasuk solusi
atas segala permasalahan yang kita hadapi.
Yesus rindu
memberkati kita, Dia ingin bersama-sama dengan kita, Dia mau berbicara melalui
kita, dan bahkan Dia mau berkarya melalui hidup kita.
Melalui
doa, sesungguhnya kita hanya perlu merespon ketukan-Nya dalam hati kita. Kita
hanya perlu mengucap syukur, berterima kasih, memuji dan memuliakan Dia atas
segala kebaikanNya, dan kasihNya yang begitu besar kepada kita. Itulah arti doa
yang sesungguhnya.
Pada zaman
ini, kita dapat berdoa dimana perlu, dan kapan pun kita mau.
Komunikasi
kita dengan Tuhan merpakan komunikasi tanpa batas.
Kita bisa
berkomunikasi denga Yesus tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Pada zaman
perjanjian lama, konon umat Tuhan berdoa dengan terbatas. Mereka harus mencari
tempat khusus untuk berdoa, seperti di gunung, di Jerusalem, atau di Kemah
suci.
Tidak
setiap orang bisa berdoa kepada Tuhan. Orang yang bisa
berdoa kepada Tuhan hanya nabi dan pemimpinn agama mereka.
Pada zaman
itu, mereka berdoa dengan sangat dibatasi ruang dan waktu.
Pada zaman
Perjanjian Baru, setelah kedatangan Yesus ke dunia ini telah mengubah semuanya.
Dia telah membuka tabir yang membatasi setiap orang untuk berkomunikasi
langsung dengan Tuhan.
Kini, kita
dapat dengan bebas berkomunikasi dengan Tuhan. Mengapa?
Yesus
Kristus telah menetapkan kita menjadi imamat yang rajani, jemaat yang
kudus, umat kepunyaan Tuhan.
Bahkan
Tuhan sendiri yang datang kepada kita umat-Nya untuk
bersama-sama dengan kita, dan bahkan mau bekerja sama dengan kita untuk
mewujudkan rencana-Nya dalam kehidupan kita.
Inilah
satu hal yang sungguh luar biasa. Kini, kita dapat berdoa dengan bebas, dimana
saja dan kapan saja kita mau dan perlu; atau sesuai pimpinan Roh Kudus.
Seperti
napas dalam kehidupan jasmani kita, demikianlah juga doa diperlukan dalam
kehidupan rohani kita.
Bila
kehidupan jasmani kita ingin terus berlanjut, maka kita harus terus bernapas.
Proses bernapas merupakan kegiatan yang berlangsung secara otomatis, dan sulit
untuk dihentikan dengan kesadaran kita.
Sulit
rasanya untuk menghentikan napas walau hanya tiga menit saja. Dan bila kita
berhenti bernapas hanya tiga menit saja sulit rasanya untuk memulainya kembali.