google-site-verification: googlee10025ebf65670c5.html 0812.8337.2796 DIMANA DAN KAPAN BERDOA - Heldin Manurung

4


DIMANA DAN KAPAN BERDOA


Berdasarkan sejarah kehidupan manusia dalam alkitab, manusia mulai berdoa dalam artian mulai memberikan persembahan kepada Tuhan sebagai ucapan syukur pada waktu keberhasilan Kain dan Habel dalam kehidupan mereka seperti yang ditentukan Tuhan bagi mereka.

Mengenai hal ini tertulis dalam kitab (Kejadian 4:3-4): “Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,”

Selanjutnya, manusia mulai memanggil nama Tuhan pada waktu Set dikaruniai seorang anak, seperti tertulis dalam kitab (Kejadian 4:26): “Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.”

Dan kemudian pada waktu selanjutnya, Abraham tidak lagi sekedar doa biasa, tetapi dia sudah berdoa syafaat bagi kota Sodom dan Gumora. Seperti tertulis dalam (Kejadian 18:23-32).

Dan hal doa berdoa ini semakin gencar dilakukan oleh Daud, dan terus berlangsung dengan doa Yesus, doa para rasul hingga jemaat Tuhan sekarang ini.

Sesungguhnya doa bukan suatu keharusan bagi manusia, tetapi merupakan sebuah kebutuhan.

Manusia pada umumnya, dan anak-anak Tuhan pada khususnya membutuhkan komunikasi yang baik dengan Tuhan.

Sebagai anak Tuhan, kita mendengar Yesus mengetuk dalam hati kita, dan kita mengerti bahwa Dia memberi kebutuhan kita.

Dia mengetuk hati kita melalui segala kebutuhan dan keperluan kita, termasuk solusi atas segala permasalahan yang kita hadapi.

Yesus rindu memberkati kita, Dia ingin bersama-sama dengan kita, Dia mau berbicara melalui kita, dan bahkan Dia mau berkarya melalui hidup kita.

Melalui doa, sesungguhnya kita hanya perlu merespon ketukan-Nya dalam hati kita. Kita hanya perlu mengucap syukur, berterima kasih, memuji dan memuliakan Dia atas segala kebaikanNya, dan kasihNya yang begitu besar kepada kita. Itulah arti doa yang sesungguhnya.

Pada zaman ini, kita dapat berdoa dimana perlu, dan kapan pun kita mau.

Komunikasi kita dengan Tuhan merpakan komunikasi tanpa batas.

Kita bisa berkomunikasi denga Yesus tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Pada zaman perjanjian lama, konon umat Tuhan berdoa dengan terbatas. Mereka harus mencari tempat khusus untuk berdoa, seperti di gunung, di Jerusalem, atau di Kemah suci.

Tidak setiap orang bisa berdoa kepada Tuhan. Orang yang bisa berdoa kepada Tuhan hanya nabi dan pemimpinn agama mereka.

Pada zaman itu, mereka berdoa dengan sangat dibatasi ruang dan waktu.

Pada zaman Perjanjian Baru, setelah kedatangan Yesus ke dunia ini telah mengubah semuanya. Dia telah membuka tabir yang membatasi setiap orang untuk berkomunikasi langsung dengan Tuhan.

Kini, kita dapat dengan bebas berkomunikasi dengan Tuhan. Mengapa?

Yesus Kristus telah menetapkan kita menjadi imamat yang rajani, jemaat yang kudus,  umat kepunyaan Tuhan. 

Bahkan Tuhan sendiri yang datang kepada kita umat-Nya untuk bersama-sama dengan kita, dan bahkan mau bekerja sama dengan kita untuk mewujudkan rencana-Nya dalam kehidupan kita.

Inilah satu hal yang sungguh luar biasa. Kini, kita dapat berdoa dengan bebas, dimana saja dan kapan saja kita mau dan perlu; atau sesuai pimpinan Roh Kudus.

Seperti napas dalam kehidupan jasmani kita, demikianlah juga doa diperlukan dalam kehidupan rohani kita.

Bila kehidupan jasmani kita ingin terus berlanjut, maka kita harus terus bernapas. Proses bernapas merupakan kegiatan yang berlangsung secara otomatis, dan sulit untuk dihentikan dengan kesadaran kita.

Sulit rasanya untuk menghentikan napas walau hanya tiga menit saja. Dan bila kita berhenti bernapas hanya tiga menit saja sulit rasanya untuk memulainya kembali.